ASEP BAGJA

product engineer & electronic musician

Asep Bagja
Bahasa Indonesia
  • 1/23/2022
  • 7 menit baca

Beradaptasi dengan Cuaca Dingin di Estonia

Untuk orang seperti saya yang menghabiskan 30 tahun lebih tinggal di negara tropis dengan suhu di antara 28°C-35°C, pindah ke Estonia itu benar-benar mengubah cara hidup. Saya harus belajar dari awal cara menghadapi iklim 4 musim yang ekstrim. Apalagi Estonia terletak cukup jauh di utara. Walaupun tidak sejauh Finlandia, Swedia, atau Norwegia, musim dingin di Estonia termasuk sangat dingin.

Saya pindah ke Estonia di awal musim gugur. Saat itu temperatur di kota Tallinn masih berkisar 8°C-10°C. Sewaktu saya masih tinggal di Indonesia, perlu diakui kalau saya tidak tahan dingin. AC dengan suhu 24°C-25°C saja bisa membuat saya sangat menggigil. Untung saja waktu itu apartemen untuk tempat tinggal sementara selama 1 bulan pertama memiliki penghangat lantai yang sangat bagus. Sehingga suhu di dalam ruangan selalu nyaman untuk saya.

suasana musim gugur di Estonia
Suasana musim gugur di Estonia

Saat awal-awal musim gugur, saya selalu pakai sweater atau jaket hoodie ke manapun. Sedangkan saya lihat orang-orang lokal masih banyak yang cuma pakai kaos atau celana pendek. Luar biasa kuatnya. Cuaca di musim gugur di Tallinn isinya hanya mendung dan hujan. Semakin mendekat ke bulan November semakin sering hujan. Saat itu saya bertanya-tanya ke diri sendiri, bagaimana orang-orang lokal bisa beraktifitas kalau hujan terus? Sampai akhirnya saya menemukan ungkapan yang sangat terkenal di negara-negara di utara.

Tidak ada cuaca buruk, yang ada hanya pakaian yang salah.

Jadi saya mulai rajin mengecek aplikasi cuaca, yang memang ternyata cukup tepat. Saat aplikasi bilang akan hujan saya selalu membawa payung. Tapi ternyata tidak berguna karena Tallinn ternyata selalu berangin kencang. Payung saya sampai selalu mau terbang. Maka saya mulai memperhatikan orang-orang lokal, yang ternyata kalau sedang hujan mereka juga jarang terlihat membawa payung. Mereka lebih memilih hujan-hujanan dengan menggunakan jaket yang tahan air. Akhirnya saya mengerti, mendekati bulan November walaupun suhu masih di sekitar 5°C-8°C banyak orang mulai mengeluarkan jaket musim dingin karena jaket tersebut biasanya tahan air. Lagi pula hujan di musim gugur tidak pernah lebat seperti di Indonesia, lebih kecil-kecil butirannya.

Salju mulai turun di akhir bulan November

Setelah satu bulan tinggal di apartemen sementara yang disediakan oleh kantor, akhirnya saya pindah ke apartemen yang saya sewa sendiri di awal bulan November. Ukuran lebih besar tapi tidak ada penghangat lantai. Yang ada hanya penghangat berbentuk radiator yang menggunakan gas dan diatur oleh central heating system. Ternyata ini adalah sistem penghangat yang paling umum yang ada di apartemen-apartemen. Dari yang saya baca-baca, sistem penghangat di lantai memang lebih mahal untuk biaya pemasangan awal dibanding penghangat yang berbentuk radiator.

Bentuk pemanas ruangan
Pemanas ruangan dengan bentuk radiator

Saat itu suhu di luar sudah berkisar antara 0°C-3°C, dan suhu di dalam apartemen saya berkisar hanya di angka 19°C-21°C. Saya bercerita ke teman kantor bahwa di apartemen terasa dingin, hingga saya pakai 2 lapis celana dan baju. Teman saya cuma berkata begini yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Kamu harus mengurangi lapisan bajumu kalau sedang di dalam rumah. Kalau baru suhu segitu sudah pakai 2 lapis, nanti kalau suhunya lebih turun lagi kamu mau pakai berapa lapis? Badanmu bisa menyesuaikan kok.

Akhirnya saya ikuti sarannya dan dikuat-kuatkan saja. Ternyata benar saja di akhir bulan November salju sudah turun di Tallinn dan langsung tebal. Apa yang terjadi? Ternyata badan saya kuat lho dan bisa menyesuaikan. Lihat di video Snow Angel berikut ini di suhu -10°C, saya menggunakan celana jeans dilapis celana dalam panjang. Untuk atasannya, saya menggunakan kaos biasa, sweater wool, dan jaket musim dingin. Pakaian ini bahkan sudah teruji saat Tallinn sempat menyentuh suhu -20°C di bulan Desember, dan saya dengan santainya berjalan-jalan di hutan dekat apartemen.

Tips bertahan di situasi dingin yang ekstrim

Saya banyak belajar dari Internet dan bertanya-tanya ke teman kantor, bagaimana orang-orang di negara dingin bisa bertahan hidup dan beraktifitas dengan nyaman. Akhirnya saya menemukan beberapa tips dan ternyata berhasil. Berikut sepengalaman saya:

  1. Jaga kepala, tengkuk, punggung, ujung jari tangan, dan ujung jari kaki agar tetap hangat dan kering. Di daerah-daerah itu panas tubuh bisa cepat hilang. Saya kerap melihat perempuan-perempuan lokal pakai jaket, tapi menggunakan celana pendek atau rok mini di cuaca bersalju. Ternyata memang karena bagian paha dan betis lebih tahan dingin.
  2. Hindari pakaian berbahan dasar katun karena katun menyerap kelembapan dan menghilangkan fungsi insulasi. Jadi kalau kamu berkeringat di balik jaket, maka katun akan membuat badanmu menjadi lebih dingin.
  3. Lebih baik gunakan pakaian yang berbahan dasar merino wool atau polypropylene. Yang terbaik dan paling hangat tentu saja wool.
  4. Aneka macam sarung tangan yang touch screen device friendly, sepengalaman saya malah membuat ujung jari terasa dingin. Saya sudah 2 kali mengganti sarung tangan, dan akhirnya pilihan terbaik sarung tangan dengan model mitten dengan bahan wool. Memang repot kalau tiba-tiba harus pegang ponsel karena harus buka sarung tangan terlebih dahulu, tapi untuk apa juga sibuk dengan ponsel di tengah jalan?
  5. Pastikan menggunakan jaket musim dingin yang tahan cuaca, air, dan memiliki insulasi yang baik. Memiliki jaket yang berkualitas baik akan sangat membantu menjaga kehangatan dan bahkan mengurangi kebutuhan untuk menggunakan pakaian berlapis-lapis di baliknya. Ingat bahwa di luar memang dingin, tapi kalau kamu masuk ke bangunan suhunya sudah pasti hangat. Repot kan kalau kepanasan di dalam mall atau kantor karena bajunya berlapis-lapis?
Berpakaian di musim dingin
Istri dan saya jika berjalan-jalan di luar

Setelah melewati November, Desember, dan Januari sekarang saya sudah tahan dingin dan sangat menikmati aktivitas di luar ruangan. Terlebih saat salju sedang turun. Tentu dengan catatan tidak sedang badai salju, karena akan sangat berbahaya jika keluar di saat badai. Oh ya, musim dingin di Estonia cukup lama. Salju masih bisa ada sampai bulan Maret.

Kini saya sudah punya aturan sendiri untuk lapisan berpakaian saat musim dingin, menyesuaikan dengan daya tahan badan saya yang sudah lebih baik terhadap udara dingin.

  1. Suhu antara -5°C sampai 3°C. Cukup celana panjang biasa tanpa dilapis. Untuk atasannya cukup kaos lengan pendek atau lengan panjang dan jaket. Kepala tetap harus pakai topi dari wool. Sedangkan untuk sarung tangan biasanya tidak saya pakai. Kalau di tengah jalan terasa dingin di ujung jari, maka cukup saya masukkan saja ke kantong jaket.
  2. Suhu antara -10°C sampai sekitar -6°C. Biasanya celana panjang saya lapis dengan celana dalam yang panjang juga tentu saja bukan bahan katun. Kepala menggunakan topi dari wool. Untuk pakaian atas biasanya saya tambah satu lapis sweater berbahan merino wool atau regular wool. Sarung tangan dari wool sudah wajib dipakai karena terekspos udara dingin beberapa menit saja, ujung jari bisa terasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum.
  3. Suhu di bawah -10°C tetap sama seperti di atas, karena tidak terasa juga bedanya. Badan sudah terasa hangat selama kulit selain muka tidak terekspos udara dingin.
  4. Di bawah -20°C saya belum pernah merasakan. Sepertinya harus keluar dari Tallinn untuk bisa merasakan suhu segitu. Setahu saya, wilayah Estonia bagian timur sempat mencatat suhu -30°C di bulan November 2021 kemarin.
  5. Untuk alas kaki, berapapun suhunya di musim dingin saya selalu pakai sepatu boot yang tahan air dan memiliki insulasi yang baik. Jangan lupa menggunakan kaos kaki dengan bahan selain katun.

Bagaimana? Apakah kamu ingin mencoba pindah ke negara dingin? Jika ya, mungkin artikel saya sebelumnya bisa membantu kamu untuk mendapatkan pekerjaan di negara-negara wilayah utara.

suasana musim gugur di Estonia
Kawasan taman Kadriorg saat salju baru turun
Estonia