Untuk orang seperti saya yang menghabiskan 30 tahun lebih tinggal di negara tropis dengan suhu di antara 28°C-35°C, pindah ke Estonia itu benar-benar mengubah cara hidup. Saya harus belajar dari awal cara menghadapi iklim 4 musim yang ekstrim. Apalagi Estonia terletak cukup jauh di utara. Walaupun tidak sejauh Finlandia, Swedia, atau Norwegia, musim dingin di Estonia termasuk sangat dingin.
Saya pindah ke Estonia di awal musim gugur. Saat itu temperatur di kota Tallinn masih berkisar 8°C-10°C. Sewaktu saya masih tinggal di Indonesia, perlu diakui kalau saya tidak tahan dingin. AC dengan suhu 24°C-25°C saja bisa membuat saya sangat menggigil. Untung saja waktu itu apartemen untuk tempat tinggal sementara selama 1 bulan pertama memiliki penghangat lantai yang sangat bagus. Sehingga suhu di dalam ruangan selalu nyaman untuk saya.
Saat awal-awal musim gugur, saya selalu pakai sweater atau jaket hoodie ke manapun. Sedangkan saya lihat orang-orang lokal masih banyak yang cuma pakai kaos atau celana pendek. Luar biasa kuatnya. Cuaca di musim gugur di Tallinn isinya hanya mendung dan hujan. Semakin mendekat ke bulan November semakin sering hujan. Saat itu saya bertanya-tanya ke diri sendiri, bagaimana orang-orang lokal bisa beraktifitas kalau hujan terus? Sampai akhirnya saya menemukan ungkapan yang sangat terkenal di negara-negara di utara.
Tidak ada cuaca buruk, yang ada hanya pakaian yang salah.
Jadi saya mulai rajin mengecek aplikasi cuaca, yang memang ternyata cukup tepat. Saat aplikasi bilang akan hujan saya selalu membawa payung. Tapi ternyata tidak berguna karena Tallinn ternyata selalu berangin kencang. Payung saya sampai selalu mau terbang. Maka saya mulai memperhatikan orang-orang lokal, yang ternyata kalau sedang hujan mereka juga jarang terlihat membawa payung. Mereka lebih memilih hujan-hujanan dengan menggunakan jaket yang tahan air. Akhirnya saya mengerti, mendekati bulan November walaupun suhu masih di sekitar 5°C-8°C banyak orang mulai mengeluarkan jaket musim dingin karena jaket tersebut biasanya tahan air. Lagi pula hujan di musim gugur tidak pernah lebat seperti di Indonesia, lebih kecil-kecil butirannya.
Setelah satu bulan tinggal di apartemen sementara yang disediakan oleh kantor, akhirnya saya pindah ke apartemen yang saya sewa sendiri di awal bulan November. Ukuran lebih besar tapi tidak ada penghangat lantai. Yang ada hanya penghangat berbentuk radiator yang menggunakan gas dan diatur oleh central heating system. Ternyata ini adalah sistem penghangat yang paling umum yang ada di apartemen-apartemen. Dari yang saya baca-baca, sistem penghangat di lantai memang lebih mahal untuk biaya pemasangan awal dibanding penghangat yang berbentuk radiator.
Saat itu suhu di luar sudah berkisar antara 0°C-3°C, dan suhu di dalam apartemen saya berkisar hanya di angka 19°C-21°C. Saya bercerita ke teman kantor bahwa di apartemen terasa dingin, hingga saya pakai 2 lapis celana dan baju. Teman saya cuma berkata begini yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia.
Kamu harus mengurangi lapisan bajumu kalau sedang di dalam rumah. Kalau baru suhu segitu sudah pakai 2 lapis, nanti kalau suhunya lebih turun lagi kamu mau pakai berapa lapis? Badanmu bisa menyesuaikan kok.
Akhirnya saya ikuti sarannya dan dikuat-kuatkan saja. Ternyata benar saja di akhir bulan November salju sudah turun di Tallinn dan langsung tebal. Apa yang terjadi? Ternyata badan saya kuat lho dan bisa menyesuaikan. Lihat di video Snow Angel berikut ini di suhu -10°C, saya menggunakan celana jeans dilapis celana dalam panjang. Untuk atasannya, saya menggunakan kaos biasa, sweater wool, dan jaket musim dingin. Pakaian ini bahkan sudah teruji saat Tallinn sempat menyentuh suhu -20°C di bulan Desember, dan saya dengan santainya berjalan-jalan di hutan dekat apartemen.
Saya banyak belajar dari Internet dan bertanya-tanya ke teman kantor, bagaimana orang-orang di negara dingin bisa bertahan hidup dan beraktifitas dengan nyaman. Akhirnya saya menemukan beberapa tips dan ternyata berhasil. Berikut sepengalaman saya:
Setelah melewati November, Desember, dan Januari sekarang saya sudah tahan dingin dan sangat menikmati aktivitas di luar ruangan. Terlebih saat salju sedang turun. Tentu dengan catatan tidak sedang badai salju, karena akan sangat berbahaya jika keluar di saat badai. Oh ya, musim dingin di Estonia cukup lama. Salju masih bisa ada sampai bulan Maret.
Kini saya sudah punya aturan sendiri untuk lapisan berpakaian saat musim dingin, menyesuaikan dengan daya tahan badan saya yang sudah lebih baik terhadap udara dingin.
Bagaimana? Apakah kamu ingin mencoba pindah ke negara dingin? Jika ya, mungkin artikel saya sebelumnya bisa membantu kamu untuk mendapatkan pekerjaan di negara-negara wilayah utara.