Estonia sebuah negara dengan jumlah populasi yang sangat kecil, hanya sekitar 1,32 juta orang menurut data tahun 2021. Di Tallinn sendiri menurut data tahun 2021, populasi penduduk hanya 444.532, artinya 33% penduduk Estonia terpusat di ibukota sisanya tersebar di kota-kota lain. Menurut statistik hanya ada 2 kota lain selain Tallinn yang memiliki populasi penduduk di atas 50 ribu orang, yaitu Tartu (93 ribu) dan Narva (57 ribu). Sedangkan jumlah kota di Estonia sendiri ada 47. Terbayang kan betapa sepinya suasana kota-kota di Estonia jika dibandingkan dengan kota-kota di Indonesia.
Di bulan-bulan awal saya di sini, saya merasakan gegar budaya saat menjalani kehidupan. Terutama dari sisi digitalisasi dan efisiennya kehidupan di Tallinn. Nyaris di semua tempat umum selalu ada mesin. Bahkan di area apartemen sementara untuk saya tinggal satu bulan pertama, berseliweran robot-robot pengantar belanjaan dari sebuah startup yang bernama Starship. Semacam Gojek dan Grab tapi menggunakan robot.
Estonia sudah sangat cashless society. Rasanya sudah tidak perlu menyimpan uang kertas di dompet, karena hampir di semua toko dari yang besar sampai yang kecil selalu ada mesin untuk kartu debit. Bahkan saya sering melihat pengamen di kawasan Baltijaam mengamen dengan menyediakan kode QR untuk menerima pembayaran. Kalau pun mau menyediakan uang kas sebaiknya sediakan koin. Koin berguna kalau tiba-tiba kebelet dan hanya ada toilet otomatis berbayar, atau untuk menyewa troli besar saat berbelanja.
Pernah satu waktu di bulan November, seluruh jaringan bank di Tallinn mengalami gangguan selama beberapa jam. Orang-orang semua menggerutu di supermarket, karena tidak bisa membayar belanjaannya akibat tidak ada yang punya uang kas di dompet. Tapi jangan khawatir, karena gangguan seperti itu amat jarang terjadi.
Berikut beberapa contoh betapa efisiennya kehidupan di Tallinn.
Untuk berbelanja bahan makanan, istri dan saya selalu ke supermarket karena setelah dibanding-bandingkan tidak banyak bedanya antara supermarket dan pasar tradisional. Selain dari sisi harga, pasar tradisional juga lokasinya cukup jauh dari apartemen. Ada beberapa jaringan supermarket besar di Tallinn yaitu Rimi, Maxima, Prisma, dan Selver. Rimi dan Maxima sudah seperti Indomaret dan Alfamart kalau di Indonesia. Mulai dari hypermarket sampai ke level minimarket yang tersebar di banyak area.
Berbelanja di supermarket di Estonia, jangan harap akan mendapat sambutan hangat seperti, “Selamat datang di Indomaret!” Tidak ada hal seperti itu. Semua serba otomatis dan melayani sendiri. Jadi biasanya alurnya seperti ini:
Kalau di supermarket besar seperti Rimi Hyper atau Prisma malah biasanya ada 3 jenis kasir puldikassa (kasir remote), iseteeninduskassa (kasir mesin swayalan), dan kasir manusia. Tapi biasanya jalur kasir manusia ini hanya sedikit, paling satu atau dua lajur. Kasir manusia biasanya digunakan kalau kasir-kasir otomatis sedang ramai pengunjung atau ada gangguan sistem.
Berbelanja dengan menggunakan jalur puldikassa jauh lebih efisien lagi dibandingkan iseteeninduskassa, sayangnya sistem ini hanya bisa digunakan jika kita sudah menjadi penduduk resmi dan punya eID (KTP). KTP di Estonia sudah terintegrasi ke mana-mana seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya.
Untuk menggunakan puldikassa caranya dengan mengambil pemindai barcode di stasiunnya dengan cara membuka kuncinya dengan mengetap KTP Estonia ke mesin. Lalu berbelanja seperti biasa. Setiap kamu mengambil satu barang, langsung pindai saja barcode-nya.
Jika ada belanjaan yang perlu ditimbang, maka timbang sendiri. Ada kode barang yang bisa dilihat di atas setiap rak barang. Tekan kodenya maka akan keluar barcode. Lalu pindai.
Terakhir jika sudah selesai, tinggal datang ke mesin pembayaran dan transfer daftar belanjaan dari pemindai barcode ke mesin. Caranya cukup dengan pindai sebuah barcode khusus, maka seluruh daftar belanjaan akan berpindah ke mesin. Selesai, kemasi barang sendiri.
Tidak ada yang mengawasi. Jadi kalau kamu mau mencuri, misalnya ambil 5 barang tapi hanya bayar 2 barang tidak akan ada yang tahu. Sayangnya orang-orang di sini sangat jujur, jadi tidak ada yang melakukan itu. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena jika banyak yang tidak jujur, saya yakin sistem serba otomatis tanpa pengawasan ini tidak akan bisa bertahan lama.
Tak cuma di supermarket, menonton film di bioskop pun juga semua dilakukan secara mandiri. Untuk membeli tiket, caranya bisa dengan membeli lewat website bioskop atau dengan datang langsung dan membelinya di mesin tiket. Lalu sebelum masuk ke ruangan, kita hanya perlu pindai kode QR di tiket ke mesin agar bisa masuk. Satu-satunya kesempatan bertemu petugas bioskop hanya ketika membeli makanan atau minuman, karena kasirnya tetap manusia.
Di Estonia terutama di Tallinn, kita bisa menemukan banyak sekali mesin pengirim dan penerima paket atau surat di mana-mana. Mesin-mesin ini dimiliki oleh beberapa perusahaan seperti Omniva (kantor pos milik Estonia), Smartpost Itella (Finlandia), DPD, dan DHL. Jadi untuk menerima paket di Estonia biasanya ada dua cara. Jika ukurannya besar, maka paket akan dikirim langsung ke alamat rumah. Repotnya adalah kita harus siap siaga berada di rumah untuk menerima. Tentu saja sebelum kurir menuju rumah biasanya sistem pengiriman akan memberi tahu via SMS atau kurir akan menelepon terlebih dahulu. Masalahnya para kurir ini biasanya tidak fasih bahasa Inggris, jadi mereka akan menghubungi dengan menggunakan bahasa Estonia atau Rusia.
Cara paling nyaman untuk menerima paket atau surat yang berukuran kecil adalah dengan meminta mereka mengantarkan ke mesin penerima. Jadi kita tidak perlu harus bersiaga di rumah. Biasanya kalau kita memesan barang berukuran kecil, sehari sebelum barang tersebut sampai maka sistem akan bertanya via SMS untuk memastikan barang mau dikirim ke alamat atau ke mesin. Jika kita pilih mesin, maka setelah barang diletakkan oleh kurir kita otomatis akan mendapat nomor kode untuk membuka loker
Tidak cuma untuk menerima, mesin-mesin ini pun bisa dipakai untuk mengirim paket atau surat, agar kita tidak perlu datang ke kantor perusahaan pengiriman. Caranya dengan mengakses situs milik perusahaan lalu pilih mau memasukkan di mesin di area mana, lalu kita membayar biayanya secara online, setelah itu kita akan mendapat nomor akses untuk membuka loker di mesin yang sudah kita pilih.
Sepertinya jumlah penduduk yang sangat sedikit membuat pemerintah, pengusaha, dan warga Estonia jadi sangat berpikir bagaimana caranya memanfaatkan teknologi untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan meningkatkan ekonomi negara. Ditambah budaya warga yang sangat menjunjung tinggi kejujuran membuat sistem ini menjadi sangat berjalan.
Saat teknologi bertemu dengan kejujuran, maka hasilnya kehidupan yang tidak repot dan penuh birokrasi. Kalau bisa simpel ngapain harus ribet? 😉